Aku ingin bercerita tentang pagiÂ
Pagi adalah tempat terbaik menanam harapan. Ada embun membawa kesejukan, juga sinar matahari yang menjanjikan hangatnya sebuah impianÂ
Tapi bisa juga membakar, atau hilang ditelan kegelapanÂ
Kemudian lelaki, membawa harum mawar pergi. Menyisakan tangkai yang patah dan sekumpulan duriÂ
Debu yang tertulis pada sajak-sajak ngilu. Membuat aku lupa yang namanya rinduÂ
Senja. Tidak. Aku tidak ingin bicara senja. Biarlah itu milik para pujanggaÂ
Jarum jam. Pada televisi yang berisik, yang perlahan menjemput kematian. Keriuhan tanpa jeda di ruang-ruang linimasa. Tak peduli hilang makna meninggalkan nyeri di dalam dadaÂ
Datanglah malam. Perempuan itu berubah menjadi bayang-bayangÂ
Kemudian tenggelamÂ
***
Cilegon, September 2020.Â