Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Melihat Pisau di Bola Matamu

12 September 2020   22:37 Diperbarui: 12 September 2020   22:45 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto oleh Willgard/ Pixabay.com 

Pesta telah usai. Kursi telah diduduki. Tapi seolah-olah pertarungan belum selesai. Setiap pagi selalu menghunus kata-kata, memisau di bola matamu

Selalu ada gelanggang dalam setiap kurun, tapi kita tidak siap untuk menjadi pecundang dan pemenang yang santun 

Kita menjadi perompak makna di lautan kata, berdiri jumawa di atas bahtera 

Mata tertutup satu. Memilih dan memilah: Siapa sekutu, siapa pula yang menjadi seteru

Nama-nama setiap saat bisa datang dan pergi. Kenapa pula kita harus ikut menjadi kayu bakar, membesarkan api 

***

Cilegon, September 2020 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun