Lidahnya menjulur-julur. Saat ia menerkam, air liurnya melumuri tubuhku. Mengingat itu rasanya aku ingin bunuh diri.Â
***
Sulit menghapus kengerian itu. Kejadian itu saat aku masih remaja, seusia anak gadisku sekarang. Bertahun-tahun aku berusaha menghilangkan mimpi buruk itu, tapi bayangan anjing yang menerkam tubuhku, selalu menghantuiku.Â
Setelah kejadian itu aku disangka gila, meracau tak tentu waktu. Tertawa, berteriak, dan kemudian menangis.Â
Aku sudah dibawa berobat ke mana-mana. Dari dokter, 'orang pintar', hingga minum bermacam-macam ramuan, tapi tetap saja aku berteriak-teriak.Â
Tidak, aku tidak gila. Aku sadar apa yang terjadi di sekelilingku, tapi aku takut dan malu menceritakan peristiwa yang menimpa diriku. Apakah mereka percaya aku diterkam anjing, dan air liurnya membuat aku pingsan.Â
Berkali-kali!Â
Terlebih mengingat ibuku yang sakit. Sudah dua tahun Ibu sakit, dan setahun belakangan hanya tertidur di kamarnya. Aku tidak ingin ibuku tahu, kalau aku diterkam anjing, dan air liur yang menjijikkan itu membasahi tubuhku.Â
Dan lagi, apakah Ibu percaya? Bisa saja nanti itu malah mempercepat ajalnya. Akhirnya dengan berat hati aku pergi. Meninggalkan Ibu yang tengah sakit.Â
Selentingan aku mendengar, aku dikatakan hilang ingatan, hingga tak tahu jalan pulang. Aku mendengar juga, sanak familiku sibuk mencari: mengumumkan di radio, membuat iklan di koran, membuat banyak poster dan ditempelkan di berbagai tempat.Â