Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pelajaran Rindu

9 September 2020   09:45 Diperbarui: 9 September 2020   10:00 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rindu itu api. Awalnya merambat hangat di  aliran darah, membuat letupan, hingga alur pikiran lepas kendali sedikit hilang arah. Berbicara dan senyum kepada siapa entah

Suatu waktu menjelma hujan. Ladang-ladang impian kembali basah, harapan kembali lagi tumbuh berkecambah

Dia juga Gunung, tempat puncaknya bermenung. Lautan, mengombang-ambingkan perasaan. Pun sabana, sejuknya memandang sejauh mata 

Layaknya kuda-kuda yang berpacu. Napas yang memburu, dada sesak tersedak ingin bertemu 

Namun, bila salah memilih dan memilah, keinginan bisa menjadi patah. Menjadi amuk, dendam tak sudah 

Rindu adalah tafsiran seribu ya, juga 1000 tak 

***

Cilegon, September 2020. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun