Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sebuah Jalan, Sahabat, dan Sepotong Ingatan

2 September 2020   15:22 Diperbarui: 2 September 2020   15:24 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto oleh Mateusz Salaciak/ Pexels 

Inikah jalan yang pernah kita lalui dulu. Aku merasa disergap kesunyian. Tak ada lagi tanah sepetak tempat anak-anak bermain bola. Masih ingat, saat kita bermandi hujan, kemudian berkelahi, dan dihukum ayah kita masing-masing                   

Di mana pula gardu tempat berjanji dan menunggu 

Kini sepanjang jalan kering dengan sapa. Terlihat wajah-wajah asing 

Deretan rumah yang beku. Pagar-pagar yang tinggi, yang kita tidak tahu, penghuninya sedang menikmati mimpi, atau tengah mempersiapkan peti mati

Di mana kau kini, juga sahabat yang lain 

Kalau pesan ini sampai padamu, aku hanya ingin mengatakan, tempat kita bermain dulu, tak bisa lagi menimbulkan rasa rindu 

***

Cilegon, September 2020 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun