Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pagi yang Harimau

28 Juni 2020   21:43 Diperbarui: 28 Juni 2020   21:41 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto oleh Suliman Sallehi/ Pexels 

Seseorang lelaki membawa harimau dalam sorot matanya, melompat lewat jemarinya 

Pagi cabik. Jam berapa ini 

Setiap pagi jalan yang dilalui semakin mengeras, siapa yang tak kuat memekik dia akan mudah tergilas. Sapaan dan jumpa yang semu, padahal tepuk bisa berbunyi karena ada saling balas 

Atau saling mengirim gambar emoji, kawan datang dan pergi pada grup percakapan, yang ramai dengan keriuhan yang sepi

Sementara setiap pagi kita disuguhi portal-portal berita dan rumah-rumah maya, yang selalu menaruh harimau di halaman muka, sekadar menarik orang-orang agar pagar terbuka, mengangankan pundi-pundi terisi dengan tiba-tiba 

Jaman apa ini. Orang-orang terhisap dengan mesin ajaib sekali sentuh, tubuh-tubuh dikendalikan jari-jari, bergerak dingin seperti tak mempunyai ruh

***

"Yang karet dua, nasi uduknya nggak pake sambel. Gorengan dan kerupuknya dipisah. Dua belas ribu!"

Lelaki itu terhenyak. Harimau di kepalanya terlempar 

***

Cilegon, Juni 2020 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun