Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Siklus Mimpi tentang Cinta Impian

25 Maret 2020   05:36 Diperbarui: 25 Maret 2020   05:39 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kumaklumi kopi pagi ini begitu pahit. Bukan kau terlupa menaburkan gula, tapi banyak jalan yang dilalui dengan mengingat rasa sakit, hingga kita tak menyadari bahwa sebenarnya pagi selalu dibuka dengan rasa manis, tapi kita lebih sering membaca jantung yang teriris

Banyak air mata sebagai bahan cerita, tapi tidak semua cerita musti disampaikan dengan berurai air mata. Bola mata yang tergenang, bisa terlihat indah bila dikenang 

Berjalan memang harus sampai ke batas, tapi mengapa harus bersedih bila terhenti di tengah tak sampai tuntas. Banyak perigi untuk melepaskan dahaga, namun kita sering  menyigi yang jauh di depan mata 

Pagi akan selalu berganti siang, dan mungkin  ada yang kurang saat sampai di rembang petang. Sebentar kemudian kita akan dipeluk malam 

Malam adalah tempat menafsirkan cinta secara hening, mengumpulkan kembali mimpi yang berserak dengan cara pandang baru yang lebih bening

Dan esok kembali menyambut pagi dengan hati yang jernih, penuh cinta bertaut saling 

***

Cilegon, Maret 2020 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun