Pada setiap masa akan selalu ada peniup bara, menjaga api agar tetap menyala. Bukan karena ingin cinta selalu terjaga, tapi agar hati mudah terbakar. Rindu tak bisa lagi mengakar
Demikianlah kisah dari empunya cerita, dari dongeng dari legenda dari gambar-gambar terpahat di batu-batu atau dinding goa, dirangkai petualang ditambah-kurang oleh para pengembaraÂ
Dari tuturan mulut ke mulut, menjadi jalinan kata saling bertaut
Mungkin Sengkuni dapat dijadikan cermin diri, mengajarkan hati untuk bunuh diri, dua keluarga, satu ibu satu darah, tanpa sadar buat palagan, cinta tersayat hingga berlarat-larat penuh amarahÂ
Tak peduli Kurawa atau Pandawa, karena bisa bermetamorfosis pada siapa sajaÂ
Pun Sengkuni, akan selalu lahir, bukan karena mengikuti garis takdir, tapi makin keruhnya kejernihan berpikir. Dan tentu kisah perseteruan dibuat membesar semakin berkembang, tak  peduli akan berakhir menjadi abu atau arang
***
Cilegon, Maret 2020Â
Catatan. Sengkuni adalah tokoh licik dalam epos Mahabarata, kisah perseteruan dua kelompok yang ada pertalian darah: Kurawa ( antagonis ) melawan saudaranya Pandawa ( protagonis ). Sengkuni sendiri berpihak pada Kurawa.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H