Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Kamu, Sajak Cinta, dan Beberapa Catatan Tak Penting

28 Februari 2020   05:47 Diperbarui: 28 Februari 2020   21:10 778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: Pixabay.com)

Aku tak ingin mengirimkan mendung ini dalam bola matamu, seperti halnya beberapa kali aku menahan gerimis agar tak menjadi hujan di kesendirianmu. Cukuplah menjadi larik dari puisi-puisiku 

Tapi, maaf, terkadang aku memenggal senja dalam sajakku. Membenamkan dalam ingatanmu. Jangan salah sangka, tak ada maksudku  meninggalkan jejak lebam. Tapi kamu harus tahu, sesekali kebersamaan itu membutuhkan cahaya temaram. Dan kita dapat saling membaca getar, juga indahnya debar. Di kegelapan 

Sedang apa kamu saat ini 

Memandang keluar lewat jendela kamarmu, yang kacanya mengembun tersebab hujan semalam, membuat gambar-gambar, atau menghitung-hitung garis keraguan. Atau sedang berbaring, menutup wajahmu dengan novel, yang selalu tak pernah selesai kau baca, atau membayangkan adegan percintaan entah di halaman berapa 

Sedang diriku mungkin sedang menghisap rokok yang ketiga ( yang pabriknya menulis, 'dapat membunuhmu' ), atau juga sedang membaca novel seperti dirimu, membayangkan dan merangkumnya dalam sebuah sajak 

Ini

***

Cilegon, Februari 2020. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun