Tersebutlah pagi, bangku peron stasiun keretaÂ
Kau menunggu kereta yang akan membawamu entah ke mana; kuliah, kerja, atau mungkin ada seseorang menunggumuÂ
Kau bukan sesiapa
pun aku
Kita hanya dipertemukan oleh waktuÂ
Tak ada percakapanÂ
Kau sibuk dengan hp-mu, entah menulis apa, atau bicara dengan siapaÂ
atau mungkin tak menulis apa-apa, tak bicara dengan siapa-siapaÂ
Atau membuka lagi peta-peta dalam kepalaÂ
menandai tempat-tempat dalam ingatanÂ
di mana patah hati, dan di mana pula saat jatuh cintaÂ
berpikir ulang, menghapusnya atau membiarkan menjadi kenanganÂ
Stasiun kereta cuma sebuah titik, tempat orang-orang datang dan pergiÂ
tempat menunggu harapan, juga memberangkatkan impianÂ
Ada wajah-wajah yang sering bertemu, atau dikenali sambil laluÂ
tapi kota telah lama mengajarkan untuk tak peduliÂ
Dari jauh terdengar peluit kereta
membawa nama-nama dan wajah-wajah yang sulit dibaca
Kereta segera tibaÂ
***
Cilegon, Februari 2020.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H