Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Seorang Perempuan yang Belajar untuk Tertawa

18 Februari 2020   07:35 Diperbarui: 20 Februari 2020   21:11 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sketsa oleh: Swarna Hati

Perempuan itu mengirimkan luka pada sebuah pesan

padahal grup percakapan sedang merayakan bagaimana cara tertawa yang lupa

lupa bagaimana seharusnya menempatkan tawa

Sepertinya ia ingin menahan Februari agar gerimis tak menjadi hujan

Menghapus isak

karena air mata tak cukup

untuk tinggalkan jejak 

Tapi rasanya tak mungkin

Percakapan di linimasa lebih mengapungkan perbincangan

Cara meniup bara

Merambat ke tempat lain

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun