Katanya di rumah Nina, kawan TK-ku, Â ada angin puting beliung. Apa itu angin puting beliung? aku bertanya. Nina menjelaskan, bahwa itu adalah atap-atap rumah yang berterbangan ke atas, pohon-pohon roboh; juga rumah yang basah karena hujan
Baru kemudian aku tahu, ternyata  Bapak bisa membuat angin puting beliung itu: Meja makan terbalik, piring berlompatan. "Masakan apa ini?" teriak Bapak
Rumah basah. Aku tidak tahu, apa dari sayur yang tumpah, atau dari air mata Emak. "Jangan lakukan ini pada istrimu nanti," Emak memelukku gemetarÂ
Istri itu apa, Mak?Â
***
Paginya aku disuruh menggambar oleh guruku. Aku Menggambar matahari di antara dua gunung lancipÂ
Aku menggambar matahari yang panas, seperti tubuh bapakku. Aku menggambar garis-garis sinar, seperti rambut bapakku. Aku memulas gambar matahari dengan pensil gambar warna merah, seperti wajah bapakkuÂ
Gambar apa ini, Sayang? tanya guruku. "Angin puting beliung," jawabkuÂ
Guru TK-ku tersenyumÂ
Tapi sejak itu aku tidak suka angin puting beliung, juga pensil warna merah
***
Cilegon, Desember 2019Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H