Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Jalan

26 Oktober 2019   22:48 Diperbarui: 26 Oktober 2019   23:13 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

sebenarnya apa yang kita cari selama ini, menyusuri jalan yang sama setiap hari: debu, lampu-lampu yang beku, dan sapaan-sapaan sambil lalu

orang-orang duduk bercengkerama mengulang-ulang cerita, membicarakan  tetangga atau kawan sekerja, atau mengumpat pemerintah yang lamban menghapus air mata. "Bu, kopi tiga rokok setengah. Nanti habis gajian."

jalan sepanjang umur. Anak yang merengek, Istri yang mengeluh. Pusat-pusat belanja, mobil-mobil mewah, cerobong asap pabrik, setiap hari terlihat hanya seperti siluet - kabur, kemudian menanam ilalang di kepala-kepala, yang akarnya menjalar ke pembuluh darah dan menjadi daging tumbuh, hingga tak sempat tunduk tafakur 

satu per satu mimpi pun gugur

ini jalanku, dan kau tak perlu untuk tak enak hati, kalau kau tak ingin mengakui sebagai jalanmu

***

Cilegon, Oktober 2019 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun