aku penari pisau, karena kata-kata selalu diasah menajam, dipaksa meliuk menghentak-hentak di ribu-ribu runcing kataÂ
kata-kata mempisau pisau-pisau
menikam risau-risau
para penari kehilangan irama gendang, karena gendang lebih menyuarakan keluh daripada peluh, hingga cinta menjadi runtuh, nada-nada pecah tak lagi utuh
kata-kata hanya menjadi belukar untuk nanti dijadikan kayu bakarÂ
bagaimana aku bisa menariÂ
kakiku berdarah cintaku luka, terpaksa mengikuti langgam kata-kata yang menjadi rimbaÂ
rimba pisau
tapi aku masih percaya dengan dirimu, ya, kamu
***
Cilegon, Oktober 2019Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H