Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Obituari Telinga

26 Agustus 2019   22:02 Diperbarui: 26 Agustus 2019   23:10 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Telah mati telinga. Hari ini, juga mungkin esok, dan esok lagi

Telinga patah hati, karena kawan-kawannya tidak bisa lagi berjalan seiring. Terombang-ambing mengarungi musim-musim yang kering                  

Lidah disibukkan mengasah diri  menjadi belati, atau menjadi pemantik sekumpulan api

Sedang mata suka berdandan dengan kacamata kuda, hingga tak sadar telah buta warna 

Padahal mereka sekandung sekelahiran 

Dan hati telah pula tertutup kabut

Jangan kirim karangan bunga, atau kata-kata berbelasungkawa, karena Jangan-jangan itu telinga kita 

***

Cilegon, 2019. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun