Telah mati telinga. Hari ini, juga mungkin esok, dan esok lagi
Telinga patah hati, karena kawan-kawannya tidak bisa lagi berjalan seiring. Terombang-ambing mengarungi musim-musim yang kering         Â
Lidah disibukkan mengasah diri  menjadi belati, atau menjadi pemantik sekumpulan api
Sedang mata suka berdandan dengan kacamata kuda, hingga tak sadar telah buta warnaÂ
Padahal mereka sekandung sekelahiranÂ
Dan hati telah pula tertutup kabut
Jangan kirim karangan bunga, atau kata-kata berbelasungkawa, karena Jangan-jangan itu telinga kitaÂ
***
Cilegon, 2019.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H