Â
Aku tidak tahu, apakah ini sebuah perjalanan atau sekadar menunda penyesalan. "Aku ingin jadi batu," katamu. "Ah, tidak. Bagaimana kalau menjadi angin?"Â
Apakah kau ingin membentuk pusaran badai, dan menyapu segala yang menghadang?Â
Kau ragu, atau sedang menyembunyikan perasaanmu                            Â
( Musik sudah berhenti. Sebagian sudah terlelap.  Mata kita masih nyalang, menahan pikiran yang berhamburan jalang )
Kau yakin supir bus akan membawa kita ke titik tujuan?Â
Lewat kaca bus, sinar lampu, siluet-siluet yang tak tentu bentuk berkelebatan, membuat hati semakin teruk. Sebenarnya apa yang kita cari, menunjukkan kita pemenang atau takut mengakui sebagai pecundang?Â
Kau bersandar di bahuku. Terasa hembusan lembut napasmu. Juga tatapan matamu. Aku menangkap kecemasan, rasa bersalah, juga mengisyaratkan tanya: Akukah tempat yang tepat untuk bersandar
Cinta, harapan-harapan, juga titik tempat tujuan, tidaklah sesederhana yang kita pikirkanÂ
Bus sampai terminal. Pagi sudah menjelang. Ke mana kita? tanyamuÂ