Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Di Atas Bus Malam, Sebut Saja Sebuah Perjalanan

8 Agustus 2019   00:55 Diperbarui: 8 Agustus 2019   01:39 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                                            

Aku tidak tahu, apakah ini sebuah perjalanan atau sekadar menunda penyesalan. "Aku ingin jadi batu," katamu. "Ah, tidak. Bagaimana kalau menjadi angin?" 

Apakah kau ingin membentuk pusaran badai, dan menyapu segala yang menghadang? 

Kau ragu, atau sedang menyembunyikan perasaanmu                                                        

( Musik sudah berhenti. Sebagian sudah terlelap.  Mata kita masih nyalang, menahan pikiran yang berhamburan jalang )

Kau yakin supir bus akan membawa kita ke titik tujuan? 

Lewat kaca bus, sinar lampu, siluet-siluet yang tak tentu bentuk berkelebatan, membuat hati semakin teruk. Sebenarnya apa yang kita cari, menunjukkan kita pemenang atau takut mengakui sebagai pecundang? 

Kau bersandar di bahuku. Terasa hembusan lembut napasmu. Juga tatapan matamu. Aku menangkap kecemasan, rasa bersalah, juga mengisyaratkan tanya: Akukah tempat yang tepat untuk bersandar

Cinta, harapan-harapan, juga titik tempat tujuan, tidaklah sesederhana yang kita pikirkan 

Bus sampai terminal. Pagi sudah menjelang. Ke mana kita? tanyamu 

"Telpon orangtuamu, minta maaf. Kita kembali pulang."

Cilegon, 2019 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun