PrologÂ
Apakah kita harus melakoni peran komedi, suatu cerita yang tak lucu lagi. Tingkah kita sendiri sudah jadi bahan tertawaan
Bagaimana tidak. Kita malah bangga mencoreng arang di kening sendiri. Sengaja membuat labirin - berputar-putar di tempat yang sama. Padahal masih ada jalan lurus dan terang, hingga kita tak terjebak menjadi petualang jalang
"Bagaimana kalau cerita air mata?" katamu di tengah babak saat jeda. Kita mainkan saja apa yang telah digariskan sutradaraÂ
Menurutmu, apa kita punya pilihan?Â
***
Sekarang kita memerankan air mata. Karena terkadang air mata adalah cara sederhana menyembuhkan lukaÂ
Kau sedang terluka?Â
Tidak. Aku hanya ingin memerankan air mataÂ
( suara-suara, musik yang menyayat; mungkinkah itu terbuat dari bilah-bilah sembilu )Â