Pada jaman kini tersebutlah tiga pedagang. Bersaing beriringan untuk mendapatkan banyak uang. Mereka berdampingan dengan mata dagangan berlainan. Satu berjualan mainan, satunya lagi menjual hp, yang ketiga berdagang buah-buahanÂ
Mereka berinovasi agar banyak pembeli. Dari banting harga hingga iming-iming hadiah naik hajiÂ
Kini ceritanya lain lagi. Mereka menulis kata-kata agar menarik mata.Â
Pedagang mainan menulis: Mainan canggih buatan Cina. Negara lain tidak bisa membuatnyaÂ
Pedagang hp menulis: Asli buatan Korea. Negara lain tidak bisa menirunyaÂ
Pedagang buah-buahan diam saja, tak tahu harus menulis apa. Pedagang mainan dan pedagang hp tertawa sampai keluar air mata.Â
Untunglah ia berteman dengan penyair gila yang puisinya selalu ditolak media. Berbisik ia beri saran kepada pedagang buah-buahan. Pedagang buah-buahan nyengir dengan ide penyairÂ
Esoknya ia menulis di sebuah kertas. Tentang ide penyair yang sangat bernas. Inilah dia:
Harga murah. Asli buatan Tuhan. Cina dan Korea tidak dapat membuatnyaÂ
Pedagang mainan dan pedagang hp tak mampu bersuara. Kini giliran penghuni surga yang tertawaÂ
Demikianlah. Itu sajaÂ
Cilegon, 2019Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H