Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kalian Tahu ke Mana Perginya Kicau Burung?

16 Juni 2019   10:34 Diperbarui: 16 Juni 2019   12:04 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bukit tandus

Hutan kehilangan humus

Besi-besi, mesin, kapal, dan entah apa, kami sulit mengira. Orang-orang berkaca mata hitam dengan bahasa yang tak dapat dibaca 

Kami menyebutnya orang-orang kota

Mereka menyerbu kampung kami. Menjadi raksasa, menelan segala yang ada

Bukit tandus. Hutan kehilangan humus

Ke mana kicau burung, gemericik air, juga pokok-pokok kayu tempat  kami  berlindung

Kami takut untuk bersuara. Kami juga lupa cara bersedih, karena sisa air mata pun turut mereka bawa

Yang ada adalah gemeretak sisa ranting yang dirambati api. Bergantian dengan serbuan air bandang

Orang-orang kota itu datang lagi. Membawa beras dan mi. Pidato-pidato yang tak kami mengerti. Dan kami melihatnya di televisi

Sendiri 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun