Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Membaca Malam di Tanah Jawara

27 April 2019   06:30 Diperbarui: 27 April 2019   06:42 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Teng!  Sembilan belas menit melewati pukul satu. Dingin menusuk Cilegon

Ke mana gundah ini akan diantarkan. Di depan gedung sekolah Darul Ishlah kesunyian Menyergap tumpah. Ada dentang kuali penjaja nasi goreng, "Yang pedas ya, Mang! "

Ke mana lagi harus menyusuri jalan. Banyak persimpangan harus ditimbang. Banyak rambu-rambu harus berpantang

Ini kota yang gagap membaca tubuhnya sendiri. Dari desa-desa yang dihuni petani, kini disesaki cerobong asap industri. Sedang kaki tak cukup kuat untuk adu lari

Maka berdatangan para petualang. Sekadar singgah atau belajar bertolak pinggang

Tapi ini tanah para jawara, "Wong 'ndi, sire? "

Sebuah perlawanan, harga diri, atau paranoid yang lepas kendali? 

Malam akan melepaskan lelah. Embun sudah menutupi basah. Tampaknya sebentar lagi akan terang tanah

Cilegon, 27 April 2019

Keterangan
Wong 'endi sire?  = Orang mana kamu?
Dirgahayu Kota Cilegon (27 April 1999 -- 27 April 2019) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun