Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hikayat Sebuah Kota

7 April 2019   18:00 Diperbarui: 7 April 2019   18:04 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bukankah sudah kukatakan

Setiap senja kota ini berubah jadi neraka

Memang ada sisa hujan

tapi tak cukup dinginkan jalan

Lidah menjadi taman margasatwa

Berlompatan keluar

Baiklah, sebentar kutepikan hati

( bayangan berpendar melompat dalam genangan) 

Kursi di sudut warung kopi Amerika

Seorang pelayan menghampiri

- senyum khas penjual

"Bisa buatkan segelas gengsi? "

Orang-orang begitu riuh

tapi ruh seperti menjauh dari tubuh

Seseorang berbicara apa

Entah kepada siapa

Seorang perempuan berwajah pucat

Berhadapan dengan lelaki yang kepalanya tertinggal

di kamar hotel nomer satu lima empat

Malam sudah penuh gerimis tak lagi jatuh

Dengung hape seperti gemuruh

: Suara dari surga

- Ah, istri dan anak-anakku

Cilegon, 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun