Mohon tunggu...
Wahyu Aji
Wahyu Aji Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bloger Pulang Kampung

suami, ayah, teman, tetangga, dan warga dari sebuah komplek. bisa bercakap-cakap di IG: @wahyuaji80 atau Twitter: @densatria

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Blogger Pulang Kampung

30 Oktober 2020   07:40 Diperbarui: 30 Oktober 2020   07:56 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pada masanya, seperti inilah Kopdar para Blogger -- Foto: main.media-ide.com

Entah mengapa dorongan ini tiba-tiba muncul: ingin nge-blog. Tepatnya, nge-blog lagi.Sehari-hari bergaul dengan media sosial karena pekerjaan ternyata membuat saya kangen kegiatan yang sudah lama saya tinggalkan ini. Media sosial memang atraktif, meriah, sangat nagih. Mereka =seperti lampu sorot. Tapi justru itu,  diam-diam membuat saya rindu suasana yang lebih hening tapi nikmat: menulis.

Saya sesekali memang masih menulis (biasanya feature). Terutama untuk media tempat saya bekerja: goodnewsfromindonesia.id. Tapi karena tanggung jawab utama saya di sana lebih pada urusan manajemen dan memastikan bisnis berjalan, menulis bukan menjadi kewajiban saya sehari-hari. Sisanya, saya menulis (kalau masih bisa disebut begitu) untuk caption di media sosial saya sendiri.

Karena rasa kangen tersebut, belakangan saya sempat menengok "kampung halaman"  yang menyimpan tulisan-tuisan saya. Mulai dari blogspot, lalu Kompasiana, Kaskus, juga melihat-lihat fitur catatan di Facebook.  

Meskipun untuk platfom seperti Kompasiana dan Kaskus saya merasa seperti perantau  yang terheran-heran ketika baru pulang kampung lagi. Sekarang mereka sudah seperti media online mainstream. Layoutnya dinamis, sangat media, serta ramai dengan rubrik, iklan, dan fitur lainnya. Topik-topik yang menjadi headline atau mendapatkan tempat utama pun diisi oleh topik-topik yang sedang menjadi tren yang sedang jadi perbincangan. Jujur saja, sebenarnya saya kangen suasana yang dulu. Tapi ini memang perasaan semua perantau yang mudik, kangen suasana dulu. Padahal jaman sudah berlari kencang entah ke arah mana:)

Hal yang paling menyedihkan dari percobaan pulang kampung ini adalah saya tidak berhasil menyelematkan blog dengan domain wahyuaji.com. Padahal lumayan banyak isinya. Domain dan hostingnya habis sekitar dua tahun lalu dan saya tidak memperpanjangnya. Saya tidak sempat mengucapkan kata perpisahan dengan blog itu, tidak tahu pula di mana ia terkubur sekarang.

Banyak alasan tidak nge-blog
Anda mungkin setuju, daya tarik blog sudah semakin redup. Bagi pemiliknya, nge-blog butuh energi lebih karena untuk bikin konten harus selalu mikir lalu nulis panjang. Bagi pengunjung, jelas lebih enak menikmati konten-konten instan di media sosial (baca caption, lihat gambar, video, dan suara) dari pada membaca artikel.

Saya tidak menemukan data berapa jumlah blog atau bloger aktif di Indonesia saat ini. Tapi kalau membaca angka-angka periode 2010 -2017, jumlahnya pernah naik, tapi setelah itu terus menurun. Padahal pada saat keemasaannya, bloger sampai dibuatkan "Hari Bloger Nasional" oleh Kemkominfo pada masa Pak M. Nuh pada 27 Oktober 2007. Ada Pesta Bloger, lalu diubah nama jadi On-Off, hingga kemudian Off betulan sekarang.

Pada masanya, seperti inilah Kopdar para Blogger -- Foto: main.media-ide.com
Pada masanya, seperti inilah Kopdar para Blogger -- Foto: main.media-ide.com
Hari Bloger Nasional diperingati setiap tahun.  Tapi lambat laun seperti terbang terbawa angin. Ditakacuhkan orang. Kalau pun masih ada yang mengingat dan membahas, lebih sering dijadikan ajang saling tanya "Kapan terakhir nengok blog-mu?". Seandainya masih segegap gempita dulu, kita mungkin baru saja merayakannya secara besar-besaran dan virtual 27 Oktober kemarin sebagai Hari Blogger Nasional ke-13.

Saya bertanya pada beberapa orang yang setahu saya dulu nge-blog, mereka sudah tidak mengurus blog nya lagi. Kalau pun masih ada, jarang sekali diisi. Bahkan ada yang mengunggah tulisan setahun hanya sekali. Apalagi di kalangan usia muda, blog tidak lagi menjadi pilihan.

Meskipun saya mengenal beberapa teman usia muda yang ternyata nge-blog. Untuk mereka ini, saya sangat kagum.

Tapi itu sedikit sekali di antara banyak. Di antara erosi parah minat baca yang tergantikan minat nonton, ketagihan ngonten menggantikan kebiasaan nulis, membuat kita lebih mudah bertemu alasan untuk tidak ngeblog lebih  dari pada alasan untuk susah-susah nge-blog.

Riwayat Bloger, Nanti
Sulit rasanya membayangkan antusiasme nge-blog seperti dulu.

Tapi masa depan blog mungkin tidak akan sepenuhnya mati. Meskipun tidak mungkin menjadi aktivitas mainstream lagi di dunia digital. Tapi ia akan tetap ada.

Tapi saya melihat sebenarnya peluangnya masih cukup besar. Tapi lagi-lagi, polanya sudah tidak seperti dulu lagi.

Dulu masing-masing orang membuat blognya sendiri di platform blog gratisan atau dengan domain sendiri. Kini dan nanti mungkin mereka akan lebih memilih berbagai platform menulis yang disediakan oleh media-media online.

Selain Kompasiana yang terlihat masih kuat dan ramai, media-media lain yang menyediakan platform menulis akan semakin menjadi pilihan bagi para bloger atau penulis ini. Misalnya Detik, Kumparan, IDN, Hipwee, Medium, Conversation, dan tentu saja GNFI.

Mana dari mereka yang akan lebih diminati? Tentu yang dirasa ramai dibaca orang. Lalu media tersebut punya karakter khas yang kuat sehingga bisa merepresentasikan si bloger.

Dengan menulis di media-media ini, mereka tidak direpotkan dengan harus membangun website/blog nya sendiri. Tidak juga takut kehilangan blog mereka seperti kejadian saya harus rela kehilangan wahyuaji.com. Paling-paling luma username dan password, seperti ketika barusan saya berusaha masuk Kompasiana ini. Tapi itu tentu sangat mudah diatasi.

Selain itu peluang dibaca orang dan mendapat tanggapan juga lebih besar dari pada membuat blog sendirian. Karena para profesional di masing-masing media itu pasti melakukan berbagai cara untuk dapat menghimpun jumlah pengunjung yang semakin besar dari hari ke hari.

Ditambah lagi, banyak media yang menyiapkan gamifikasi poin yang dapat diuangkan atau berbentuk materi atau benefit lainnya.

Karena itu, media-media yang menyediakan platform bagi audiensnya untuk menulis atau membuat konten di tempat mereka sebenarnya sedang menjalankan hubungan saling menguntungkan dengan para bloger ini.

Untuk bloger, media tersebut menjadi tempat penyaluran hasrat nge-blog atau berbagi cerita dalam bentuk tulisan dan mendapat respon khalayak. Selain itu bisa jadi ada nilai ekonomi yang lebih cepat dirasakan kalau ia rajin. Sedangkan bagi media online mereka mendapat konten, pengunjung, sekaligus memperkuat komunitas penulis atau pembuat kontennya. Ujung-ujungnya, itu memperkuat pondasi bisnis mereka.

Dunia blog mustahil akan seperti dulu lagi. Biarlah ia jadi nostalgia yang manis. Tapi bukan berarti lantas kita berhenti menulis yang benar-benar menulis.

Ibarat kampung halaman, ia memang tidak seperti metropolis. Tapi suasananya selalu membuat hati damai. Sama seperti blog, ia tak sama dengan gemerlap media sosial kekinian. Tapi ia selalu ngangeni.

Selamat nge-blog (lagi). Dan Kompasiana, mohon ijin saya menulis lagi setelah lima tahun lebih tidak menyapamu. Mudah-mudahan masih seasik dulu ya (atau malah lebih asik lagi).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun