Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Balapan Formula 1000

4 Desember 2024   12:12 Diperbarui: 4 Desember 2024   12:19 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Kami membariskan mereka berdua sejajar di garis start. Mengatur ulang posisi mereka sehingga setidaknya mereka menghadap ke arah yang benar.

Syauki menggambar garis finis dengan spidol sepanjang penggaris.

Punyaku adalah yang memiliki bintik merah di cangkangnya. Aku mengecatnya  dengan hati-hati, mengingat betapa rapuh pelindung itu. Syauki mengecat garis-garisnya. Dan dia menamainya Zewie, meskipun tidak perlu diberi nama.

Dan mereka pun mulai maju. Kami bersorak untuk mereka, untuk setiap milimeter yang diperoleh dengan susah payah. Kami menjanjikan mereka hadiah mewah: mobil balap, liburan ke luar negeri, kasih sayang dari gadis sebangsa mereka yang cantik.

Syauki lebih pendek satu kepala dari kami semua -- anak terpendek di kelas. Berkacamata. Rambut keriting. Bibir bawah menonjol. Dia punya cara tersendiri untuk menatap orang. Tidak benar-benar menatap tetapi menembus, seolah-olah dia memiliki penglihatan sinar-X dan dapat memancarkannya langsung ke jiwa orang yang ditatapnya. Ketika dia berbicara, kalimatnya acak, sesuatu yang tidak dipahami orang lain.

Tidak heran kalau dia bermasalah dengan anak-anak lain. Namun, aku senang menjadi satu-satunya temannya. Itu membuat kami menjadi bagian dari geng yang anggotanya hanya kami berdua.

"Dia hanya pemalu," kata ibuku, tetapi aku tahu ada hal lain yang tidak ingin dia katakan.

Mendekati garis finis, dia mengangkat Zewie dari lintasan balap dan membaringkannya di lengan bawahku.

"Dia menyerah," kata Syauki dengan riang.

"Vanto" (nama yang diberikannya pada siputku) "menjadi juaranya."

Syauki anak yang aneh.

Cikarang, 4 Desember 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun