Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lebih Lebar dan Lebih Dalam

24 November 2024   12:12 Diperbarui: 24 November 2024   12:16 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketakutan merasuki kisah-kisah yang diceritakan para penggali sebelum tidur. Kekuatan penyihir itu berkobar dalam dirinya, dan dia bersukacita karenanya, menghantam satu demi satu daratan dengan petir dan api, menguasai mereka.

Akhirnya, dia kembali ke lubang dan memerintahkan penggalian untuk dihentikan. Namun, menggali adalah tugas para penggali. Penggali menggali, setiap generasi memberi tahu generasi berikutnya, dan mereka terus menggali ke dalam bumi.

Tidak masalah, pikir sang penyihir. Apa ruginya bagiku?

Mereka mengetahui bahwa serpihan batu bercahaya yang mereka temukan di bumi membuat makhluk kegelapan bergidik di hadapan mereka. Awalnya mereka hanya mengusirnya, tetapi ketikamereka semakin berani, mereka memburunya hingga makhluk itu menjadi takut dan menyelinap melalui terowongan tua yang terbengkalai, sambil merintih.

Kekuatan penyihir itu bergolak di dalam perutnya dan membakar tulang-tulangnya. Kulitnya terasa dimakan asam. Semua obatnya gagal, dan dia tidak tahu mengapa.

Lebih dalam dan lebih lebar. 

Lubang itu - yang sekarang menjadi jurang - memakan gunung tempat kastil penyihir itu berada, dan dari waktu ke waktu kastil itu bergetar diguncang lindu, dengan denting botol kaca dan dentang instrumen kuningan yang halus berkilau.

Akhirnya kastil itu miring, miring, dan meluncur, lalu jatuh dari tepi jurang. Berguling-guling, kaca pecah, permadani kuno berhamburan keluar jendela, kursi dan meja terbuat dari kayu langka dan harum menghantam dinding, dan penyihir itu berguling-guling di tempat tidurnya. Dia berpegangan pada kepala tempat tidur, memuntahkan gumpalan darah yang menempel di jubah dan kulitnya serta membuat rambutnya kusut. Ketika kastil mendekati dasar lubang, para penggali lari karena teriakan saat melewatinya.

Kastil itu hancur. Dinding runtuh. Bongkahan batu yang pecah berguling dan berhenti. Kemudian sunyi.

Pada waktunya, beberapa penggali pemberani kembali dan mulai menjelajahi reruntuhan. Mereka masuk ke kamar tidur penyihir itu dan menemukan sesosok tubuh tergeletak di tempat tidur, cacat, dengan kaki dan lengan yang panjang dan kurus, dan di wajahnya ada gumpalan sesuatu yang terasa seperti akar pohon.

Seorang penggali menggigit janggutnya, tetapi rasanya tidak enak, dan meludahkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun