Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bahkan Tidak Juga Cinta

8 November 2024   17:17 Diperbarui: 8 November 2024   17:20 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Aku mencintainya. Aku sangat mencintainya, tetapi perbedaan budaya kami sangat besar.

Ada lautan dalam yang memisahkan kami. Kami mencoba menjembatani jurang tersebut. Kami mencoba membiarkan cinta kami menciptakan tempat yang indah dan menyenangkan. Tetapi orang-orangku dan orang-orangnya menentang kami.

Dia benar-benar aneh. Dan itu bukan hanya dia. Itu semua orangnya.

Pertama, bagian atas tubuhnya biasanya tidak berpakaian. Semua wanita dalam budayaku menutupi tubuh dari kepala hingga kaki dengan bulu. Kurangnya kesopanannya sangat mencengangkan. Dan ada rambutnya. Rambut merah panjang yang terurai.

Apakah aku sudah menyebutkan bahwa wanita di tempat asalku menutupi kepala mereka dengan bulu?

Dan ada nyanyian dan pembicaraannya. Tidak ada habisnya. Dalam budayaku, kami terkadang berteriak karena lapar atau ketika memulai perburuan. Kami tidak pernah berbicara dan kami tentu saja tidak bernyanyi. Dan kami tinggal di lingkungan yang berbeda. Dia tinggal di tempat yang terus-menerus basah dan punyaku kering penuh es. Namun, yang paling membedakan kami adalah separuh ikan di bagian bawahnya. Separuh potongan makanan yang lezat. Kalau bukan aku yang memakannya, maka seseorang di komunitasku akan memakannya.

"Selamat tinggal putri duyungku sayang," aku meraung. "Kita tidak akan pernah bisa bersama."

"Selamat tinggal beruang kutub sayang," katanya. "Aku mencintaimu."

Dan dia berenang untuk jatuh cinta pada seorang pria duyung. 

Aku menangis dan angin dingin membekukan air mataku.

Terkadang perbedaan antara sepasang kekasih begitu besar sehingga bahkan cinta pun tidak dapat menyatukan keduanya.

Cikarang, 8 November 2024

 

Note: Terima kasih kepada Panitia Kompasianival 2024 yang telah memberikan voucher Kompasiana Premium 3 Bulan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun