Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gamer Tua Tak Ada Matinya

7 November 2024   10:10 Diperbarui: 7 November 2024   10:32 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah Eyang Putri meninggal, Eyang Kakung mulai menjadi bocah remaja berusia delapan puluhan yang egois, yang selalu dibayangi antara kearifan dan kenakalan.

Ketika tubuhnya semakin melemah, dia sama sekali menyadarinya karena terlalu banyak bermain game. Akhirnya kami harus turun tangan untuk menyelamatkannya dari dirinya sendiri. Hari ini, ida melihat rumah barunya, yang sudah mendapat sertifikat Komisi Dasawindu dan untungnya biayanya terjangkau.

"Tetapi di sini bahkan tidak ada antarmuka jaringan terabit!"

Eyang Putri di surga. Beri aku kekuatan. Bagaimana Eyang Putri bisa menahan diri untuk tidak mencekik Eyang kakung dengan kabel listrik dari PS4 jadulnya?

"Lihat! ruangannya tidak memiliki layar varipos dan kursi berlengannya tidak diberi catudaya."

Pada titik ini, seorang perawat yang cerdas dan bersemangat dengan skinjob biru-hijau di balik pakaian perawatnya yang transparan memasuki ruangan. Mata Eyang Kakung membelalak lebar, seperti saat pertama kali dia melihat Lyta tanpa panel busana sopan di pakaian sehari-harinya.

"Valeria Deathblade?" Eyang Kakung tergagap.

Dengan senyum lebar perawat berjongkok di dekatnya, dan Lyta, istriku, harus mengalihkan pandangan dari pemandangan intim yang disediakan saat Eyang Kakung mencondongkan tubuh ke depan untuk melihat lebih jelas.

Perawat dengan cat tubuh cosplay memiliki senyum yang mempesona dan belahan dadanya tampak tak berdasar. "Kamu penggemar juga? Oh, hebat. Aku kalah level dari pemain Empirium."

Eyang Kakung tampaknya ingin menangis bahagia. "Dulu aku adalah anggota serikat tentara bayaran Aviatoid, tetapi aku tidak berguna tanpa game yang diupgrade."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun