Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Titik Hilang

6 November 2024   18:18 Diperbarui: 6 November 2024   18:21 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Akhir Desember, Lalyta dan Omar melakukan perjalanan darat melalui padang pasir, berkendara menuju garis cakrawala yang cerah di pagi hari. Tumbuhan berduri tersebar di sekitar lanskap abu-abu. Donna mengusap cincin opal milik ibunya.

Mungkin semuanya akan baik-baik saja. Masih ada kesempatan.

Dia menyarankan perjalanan darat karena Omar ingin merasakan langsung padang pasir yang pernah dia lihat dalam film-film koboi di Mesir. Lalyta mengatakan kepadanya bahwa sebagian besar film tersebut difilmkan di Spanyol. Omar menepuk jidatnya dan berkata, "Dalam pikiranku, Amerika ada di sini."

Lalyta menepuk bagian kerah baju Omar yang berdebu. Ray Charles bernyanyi di radio, "I Can't Stop Loving You."

Omar ingin mengunjungi Lion Habitat Ranch untuk bertemu dengan Ozzy si Jerapah, kasino, dan akuarium. "Temanku bilang aku harus mengunjungi Caesar Palace dan mengambil foto. Dia buta. Aku akan menggambarkannya kepadanya."

Dan sekarang mereka berada di padang pasir yang dingin, melaju menuju Las Vegas, kota penuh peluang, harapan, dan gemerlap.

Itu adalah ide yang bodoh---memanfaatkan liburan akhir tahun mereka untuk berkendara dari Minnesota ke Nevada dan kembali untuk semester musim semi.

"Kita boleh bersikap bodoh," kata Omar. "Kita masih muda."

"Tidak semuda itu. Aku 29 tahun."

"Aku 25 tahun." Omar menyeringai. "Bayi kecil."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun