1. Wanita yang Berteriak Lantang tentang Pakaian Dalam di Ponselnya
Aku perlu memberi tahumu bahwa, meskipun aku tidak tahu dengan siapa kamu bicara-Putrimu? Adikmu? Kekasihmu?-aku berpihak padanya dalam masalah warna merah vs. biru. Mengapa kamu mengatur hidupnya secara mendetail? Kalau kamu meninggal, siapa yang akan memilih pakaiannya? Mengapa merah, bukan biru?Â
Bagaimana dengan ungu? Dan siapa yang peduli? Aku ingin sekali memberi tahu kamu ini, tetapi aku juga perlu memberi tahu kamu bahwa saudara kembarku meninggal tadi malam dan kamu harus berhenti membicarakan pakaian dalam. Lupakan warnanya. Belilah yang tidak akan membuat kamu mengalami aneurisma.
2. Dua ‘Remaja’ Berusia Tiga Puluhan yang Mengatakan "Jadi" Setiap Tiga Kata
Kalian berdua, sepertinya, sangat konyol. Aku harap kalian saling menepok jidat setiap kali kalian mengatakan "jadi"—itu akan, seperti, sangat lucu. Suadara kembarku sendirian ketika pembuluh darah di kepalanya pecah. Dia ditemukan pagi ini di kolam darah yang sangat besar, begitulah yang kudengar. Aku tidak ada di sana. Aku berada seribu kilometer jauhnya dalam banyak hal.Â
Kalian berdua tampak seperti tipe orang yang akan menjadi sahabat karib pamanku. Kalian bertiga pasti akan berada di tempatnya menenggak beberapa botol bir, membunuh alien di videogame, dan mungkin membicarakan, seperti, betapa menyebalkannya saudara kembarnya yang pergi begitu saja saat dia terpuruk. Itu tidak apa-apa karena dia akan tetap di sini untuk menyukai dan membenciku.
3. Lelaki Tua yang Baunya Seperti Asap Rokok Apek dan Keringat Asam
Kamu bau, tapi kurasa kamu tahu kamu bau, jadi aku tidak akan membahasnya. Kamu tampak baik, seperti tipe orang yang bisa kuajak bicara, kalau kamu sudah mandi. Kamu tampak seperti seseorang yang telah kehilangan segalanya dan belum bisa mengatasi kehilangan itu dengan baik.Â
Mungkin seseorang yang bisa memberiku beberapa petunjuk, peringatan, pelukan yang bau. Kapan kamu tahu separuh dirimu telah tiada? Aku ingin kamu memberitahuku kalau aku sudah sampai di sana.
4. Ibu dengan Anak Kembar yang Sedang Tidur
Aku tahu anak kembar. Anak kembar tidak hanya mandi, mengeringkan badan, berpakaian, dan melompat ke kereta dorong. Pagimu pasti sangat melelahkan. Aku tidak ingat berbaring di samping saudaraku di kereta dorong, tetapi aku yakin kami melakukannya, seperti kedua anak kecilmu yang sedang tidur. Kalau kamu harus memilih satu untuk hidup dan satu untuk mati, mana yang akan kamu pilih?Â
Itu pertanyaan yang tidak pantas, aku tahu.Â
Aku menarik kembali pertanyaan itu. Tetapi apakah kamu terkadang terbangun di tengah malam dan berpikir, Ya Tuhan, apa yang telah kami lakukan?
Kita telah membawa anak-anak kecil ini ke dunia dan tahu betul bahwa suatu hari mereka akan mati. Apakah kamu berdoa agar mereka setidaknya hidup lebih lama darimu, lalu langsung merasa sakit? Apakah kau pernah bertanya-tanya, siapa yang akan menghadapi kematian dengan lebih baik? Yang sensitif atau yang brengsek?Â
Aku bisa menjawabnya untukmu, dan kurasa inilah yang perlu kukatakan padamu.
Yang meninggal lebih dulu.
Â
Cikarang, 6 November 2024
Â
Note: Terima kasih kepada Panitia Kompasianival 2024 yang telah memberikan voucher Kompasiana Premium 3 Bulan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H