Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tidak Hanya untuk Politisi

4 November 2024   05:05 Diperbarui: 4 November 2024   07:26 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Nyonya Indang bertubuh mungil, kaku, dengan garis mulut yang tegas. Burung pemangsa yang tak berbulu.

Gaunnya berwarna biru tua dan panjangnya sampai di tengah lutut. Betisnya terbungkus kaus kaki ortopedi. Rambutnya berwarna kelabu abu karena hari mendung. Asisten perawatnya, yang berjalan ke ruang sidang bersamanya, bertubuh besar. Lingkar pinggang dan tinggi badan. Warnanya seperti kastanye. Ia mengenakan celana joging dan baju perawat.

Ini adalah sidang Prejudicieel Geschil untuk menentukan apakah tuntutan pidana harus diajukan terhadapku. Aku adalah tetangga sebelah Indang Tindaon di sebuah kompleks rusunawa di bilangan Jakarta Timur. Aku dituduh mengganggu ketenangan dan melecehkan Nyonya Indang. Dia sudah sepuluh kali memanggil polisi untuk menangkapku. Dia menuduhku menggedor dinding, memukul panci, dan meneriakinya dengan kata-kata kasar melalui dinding yang memisahkan unit kami.

Rupanya, aku melakukan ini 24 jam sehari.

Aku seorang penulis dan sering bekerja dari rumah. Aku tidak bisa mendapatkan surat dari editor atau rekstur atau siapa pun yang menyatakan bahwa aku tidak berada di rumah selama berjam-jam. Aku menghabiskan sebagian besar hari-hariku dengan duduk di depan komputer untuk menulis.

Hakim menanggapi semuanya dengan sangat serius.

Hakim Ronggur. 

Aku samar-samar mempertanyakan apakah dia memberi lebih banyak kredibilitas kepada wanita tua gila itu karena adaa hubungan daerah asal.

"Apakah Anda punya bukti suara-suara itu?" tanya hakim.

"Rekaman, Pak Hakim."

Nyonya Indang membuka tasnya yang persegi dan lusuh dengan pita kulit imitasi yang sangat besar. Dia mengeluarkan kaset pita.

"Hmmm...," kata hakim. "Saya tidak yakin kita punya pemutar kaset."

"Ada , Yang Mulia," kata asisten perawat.

Dia mengeluarkan pemutar kaset dari tas belanja kanvas, kemudian menyerahkan pemutar dan kaset itu kepada hakim.

Hakim memutar kaset itu. Ada campuran keheningan, bisikan, dan ketukan lembut. Tidak ada suara keras dan mengganggu. Aku merasa tenang.

Tidak akan ada kemungkinan kasus ini berlanjut.

"Saya tidak mendengar apa pun," kata hakim.

"Yang betul, Pak Hakim," seru Nyonya Indang. "Tidak bisakah Bapak mendengar? Dia punya rencana untuk menghancurkan saya dengan suara. Dia ingin menghancurkan saya." Dia berdiri dan melambai-lambaikan tangannya seakan sedang menari tarian tradisional.

"Yah...," hakim itu mempertimbangkan.

"Saya juga mendengarnya," kata asisten perawat. "Saya mendengarnya. Itu terjadi dari pagi sampai malam. Saya bersama Nyonya Indang, sepuluh jam setiap hari."

***

Hakim memutuskan bahwa kasus ini patut untuk diteruskan.

Aku diam terhenyak.

Kolusi bukan hanya untuk politisi, tapi juga untuk orang biasa dengan otak rusak. 

Aku tidak yakin siapa yang lebih gila. Nyonya Indang, asisten perawat, atau hakim?

Cikarang, 4 November 2024

Note: Terima kasih kepada Panitia Kompasianival 2024 yang telah memberikan voucher Kompasiana Premium 3 Bulan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun