Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

CMP 164: Cinta > Ciuman

22 September 2024   08:08 Diperbarui: 22 September 2024   08:09 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jangan, Mike, setop!"

Mike dengan enggan menjauh.

Kamu mungkin telah menghancurkan kesempatanmu untuk mencium salah satu pria tertampan di planet ini.

"Sorry, girl. Gue biasa tancap gas langsung masuk jalur cepat, sepertinya lu macet di gigi satu."

"Apa?"

"Lu cantik, jangan salah paham. Tapi lu masih kecil. Mengerti, kan, maksud gue?"

Kamu tahu apa yang Mike katakan, dan itu benar-benar bullshit. Kamu tidak tahan dengan omong kosong seperti ini, bahkan dari Dewa Surfing.

"Apakah kamu menyebutku masih anak-anak hanya karena aku tidak ingin bersama seorang pengantar pizza yang hampir tidak kukenal?"

"Hei, girl," kata Mike. "Maaf udah bikin lu kesel. Gue pergi dulu."

Dia melompat dari sofa menuju pintu.

Wow! Kaki terbaik yang pernah ada.

Bagaimana kamu bisa membiarkan sepasang kaki seperti dia pergi dari hidupmu?

"Mike, tunggu!"

"Yeah, girl?"

"Eh."

Pikir, girl, pikir! 

Kamu harus membuat Mike melihat bahwa kamu bukan anak kecil lagi. , tetapi kamu juga bukan salah satu freaky gadis pantai penggemarnya.

"Apakah kamu pernah punya cewek yang sangat kamu sukai?"

Kamu tidak yakin ke mana arah pembicaraan ini. Setidaknya itu berhasil menghentikan Mike sebelum dia pergi.

Dia memikirkannya. "Maksud lu benar-benar suka?"

Kamu menganggukkan kepala.

"Wah, pertanyaan yang susah dijawab. Ehm, ada beberapa cewek yang gue suka, tetapi nggak benar-benar gue suka."

"Jadi kamu tidak pernah jatuh cinta?"

"Ya, gue sedang jatuh cinta. Gue jatuh cinta sama surfboard dan CJ-7 gue."

"Maksudku dengan seorang gadis."

"Oh," kata Mike, akhirnya mengerti maksudmu. "Dengan seorang gadis. Nggak, belum pernah. Aneh, ya?"

Sekarang saatnya!

"Kamu tahu kenapa kamu belum pernah jatuh cinta?"

"Karena gue belum pernah ketemu supermodel?" jawabnya serius.

"Bukan," desahmu.

Mike sedangkal kolam batu saat yang baru dikuras.

"Itu karena kamu mencari penampilan, bukan orang. Dan kamu terlalu cepat. Kamu harus mengenal ceweknya lebih dahulu. Tidak ada yang bisa jatuh cinta pada seseorang hanya karena dia pandai mencium."

Kamu berharap dia berkata, "Yah, aku bisa." 

Sebaliknya, dia mengibaskan rambutnya yang gondrong. "Gue ngerti maksud lu. Ide bagus."

"Setelah kamu kenal dia, baru kamu bisa menciumnya."

Kamu masih belum melupakan bibir Mike yang begitu dekat denganmu.

"Ide bagus. Gue bakalan nyobain. Thanks, kawan!"

Kamu kecewa melihatnya pergi. Tetap saja, menyelesaikan kehidupan cinta Mike memberimu perasaan puas.

Mungkin kamu bisa menjadi konsultan untuk pasangan suatu saat nanti?  Memang tidak sehebat cewek peselancar terkenal, tetapi layak untuk dipertimbangkan.

Cikarang, 22 September 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun