Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Kemenangan yang Tertunda

15 September 2024   20:11 Diperbarui: 16 September 2024   17:38 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Aku tahu mereka tidak akan mengizinkanku melakukan perjalanan kembali ke masa lalu tanpa alasan jelas. Mereka hanya tahu misi besar dengan tujuan yang jelas: membunuh seseorang, sebuah penemuan, mengubah hasil perang.

Aku sangat lelah mengubah masa lalu untuk menyesuaikannya dengan keinginan kita.

Kali ini aku menyelinap masuk sendirian dan tidak memberi tahu siapa pun, karena mereka tidak dapat menolak memberi izin kalau aku tidak meminta.

Aku memilih tujuan dan subjek dengan aturan tentang tidak ikut campur dalam pikiran. Kemudian aku melompat mundur beberapa abad, dan menemukannya di hutan.

Dia mencoba melarikan diri, bersembunyi dari pasukan berseragam dan bodoh yang mengepungnya. Karena apa pun yana tidak mereka mengerti di dunia ini adalah sihir bagi mereka.

Bersama-sama kami menemukan sebuah gubuk. Kami mungkin hanya punya waktu beberapa menit, dan dia sangat takut sehingga dia hanya mendengarkanku dengan takjub. Aku bercerita kepadanya tentang masa depan, tentang waktu kita. Tentang bagaimana kita terbang mengelilingi planet ini dan seterusnya, dan seterusnya. Bagaimana kita melawan penyakit dengan suntikan racun. Bagaimana mesin logam kita hidup dengan percikan api dan berkomunikasi dengan sinyal tak kasat mata.

Ketika bunyi gemuruh dan kami mendengar pintu didobrak, dia tertawa dengan cahaya pemahaman baru di matanya, dan aku menghilang seperti kenangan lama.

Sejarah terus berlanjut tanpa tersentuh, jadi ini akan dianggap sebagai pemborosan sumber daya atau misi yang gagal.

Kecuali itu tidak benar.

Aku tahu segalanya berubah dalam pikirannya.

Dia pergi menemui para prajurit, setengah tersenyum, ke api pembakaran yang menantinya. Kalah dalam pertempuran, tetapi yakin akan memenangkan perang berkepanjangan ini.

Dia tahu ilmu sihir bertahan.

Dia tahu kita semua sekarang adalah penyihir.

Cikarang, 15 September 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun