Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kolektor Kupu-kupu

10 September 2024   18:56 Diperbarui: 10 September 2024   20:33 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kami dulu tinggal di bunga dahlia.

Saat itu, angin segar masih berhembus di permukaan tanah. Kami adalah orang-orang yang bahagia, pecinta bunga, dan kami tidak keberatan bahwa sukses datang dalam berbagai ukuran, kecil dan besar, karena kegagalan juga demikian.

Setelah seharian bekerja keras di ladang, kami bertemu di kedai minuman untuk menghilangkan kemarahan dan perselisihan yang ada di antara kami. Kami menari, kami menciptakan musik, karena kami semua adalah seniman penyair. Kupu-kupu menggunakan rumah kami sebagai tempat berkembang biak. ketika mereka masih basah sejak lahir, kami menulis lagu di sayap mereka.

Suatu hari, seekor kupu-kupu yang sangat tua kembali kepada kami. Ia berkata bahwa ia telah ditangkap oleh seorang manusia, dan menjelajahi bumi yang bulat bersama koleksi kupu-kupu milik seorang pria hebat yang terkenal.

Kami sama sekali tidak terkejut, karena kupu-kupu tua ini sangat cantik. Mata multilensanya berwarna merah dan hitam tersusun dalam bentuk setengah lingkaran di sayap birunya mengeluarkan air mata hitam, dan seluruh tubuhnya ditaburi debu emas.

"Suatu hari," katan kupu-kupu tua, "seorang manusia lain membeli saya dari kolektor kupu-kupu.

Manusia ini tidak memburu kecantikan sang kupu-kupu, tetapi mengincar huruf-huruf kecil yang kami tempelkan di sana sebelum cat tubuhnya mengering.

"Dia menyalin puisiku dan membebaskanku," kata kupu-kupu tua itu. "Dia adalah seorang pengumpul kebenaran, manusia itu," katanya.

Lalu kupu-kupu tua terbang tinggi langsung menuju matahari di atas kepala kami.

Cikarang, 10 September 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun