(0)
Kipas di dinding dekat jendela mendetak kode morse, pesan yang bergantung pada seberapa cepat putarannya. Kau menerjemahkan beberapa fragmen dan menemukannya sesuai badai sirene ambulans di jalan yang padat. Pejalan kaki melambaikan bendera kuning untuk menyeberang jalan dengan aman dan di sekitar mereka mobil-mobil saling bertabrakan. Pertama: suara ban yang berdecit meraung-raung. Kedua suara perut yang berkokok kencang. Antisipasi: kaca depan kendur, ban terkelupas lepas di aspal. Kau menerjemahkan kecenderungan objek yang tak terhindarkan untuk bertabrakan. Kata-kata yang harus dihilangkan. Hati-hati dalam menyusun cerita kita...
(1)
Kau membingungkan pihak berwenang dengan cerita yang setengah diceritakan seakan hampir benar, menipu mereka dengan perintah yang diejawantahkan dalam lagu anak-anak. Taruh batu di mulutmu untuk menahan dahaga. Pegang batu di tangan untuk menakut-nakuti semesta. Batu di tenggorokanmu mungkin mencegah salah kutip, tapi itu layak diragu. Lagu curiga adalah pengalih perhatian. Kau melatih manekin untuk menyanyikan model malaikat dengan bibir putih pucat kencang lantang. Matanya menjangkau dan menangkap laporan sinoptik harus mencakup yang lenyap. Yang menanti populasi di bawah. Yang kamuflasenya jelas bagi buta warna hijau merah. Kau adalah arsip, tapi pancarannya membuat semuanya terlihat memberikan gerakan maju semu.
(2)
Prosedur dilemamu untuk meredakan keheningan itu mencurigakan. Tenggorokanmu adalah zona liminal. Otakmu hampir tak terpetakan, gema menyusup ke dalam waacana permukaan percakapan kita yang hampir tidak dapat dipahami. Tapi kita tidak sendirian, tidak dalam hal ini. Berkas yang kita yakini sangat luas tentang zona liminal  Logam, plastik, dan beton bertemu. Tungku mengusik tungau merah.Begitu banyak bukti terbakar dalam setiap siklus. Lorong demi lorong mundur ke titik lenyap yang sempurna dan surut saat kita mendekat. Berkas demi berkas demi berkas tata nama dan urutan hieratik untuk pembuangan semu yang harus diperhatikan. Udara bau bacin menguar jerebu berjelaga...
(3)
Kita menemukan akar otoriter arsip dalam tata hirarki administratur. Bahwa versi yang telah dikerjakan hanyalah sebuah pengalihan. Terjemahan dari satu bagian ke bagian lain, meluap dalam banjir besar, diangkat oleh cahaya bagian dalam dari sumber cahaya yang lebih rendah. Dinding tertutup keputusasaan serangga karena terjebak dalam getah damar. Terlalu banyak, terlalu banyak, terlalu banyak. Pertama: surat cinta tiba. Kedua: kau mohon panggil aku dengan nama-nama bunga. Les fleurs du mal. Berkas-berkas menguning tumpah di laci masing-masing Penuh dengan bunga-bunga kering. Fosil-fosil berwarna terang. Catena. Agenda. Kunci nada. Hiponim. Semuanya perlu dikumpulkan...
(4)
Mungkin kita memiliki terlalu banyak pertanyaan dan/atau mungkin jawabannya tetap saja mengecewakan, mengurangi kegembiraan untuk bertanya. Lidah kegembiraan bermain suku kata. Nada akhir yang terangkat satu oktaf dan mungkin arsip itu sendiri membatasi diri. Disatukan dari keping-keping kota yang tak gerak. Sinkretisme. Apa gunanya ini? Dapatkah persahabatan mencakup hasrat? Dapatkah berkas-berkas menyortir diri sendiri? Rayuan bermutasi menjadi semacam persahabatan. Dapatkah kita berhenti berbisik-bisik berlebihan? Saatnya untuk menghubungkan untuk menyusun untuk menemukan sumber-sumber dagang daging tulang. Harus. Harus. Ringkasan yang kita tulis harus mencakup semua ini. Harus sindetik, sempurna tanpa cacat salah aksara...
(5)
Dokumen tanah gersang harus mencakup gerakan tektonik. Aktivitas gunung berapi. Meteorit. Awal mula pertama: bintik yang disambar petir. Kedua: asam amino yang mengambang bebas yang dipenuhi potensi nafsu birahi, tetapi ini sekarang gurun penuh dengan bunga-bunga pir berduri dan saguaro. Anggrek meniru pasangan dengan warna oranye mesum yang tidak senonoh. Batu pasir terkadang tampak ungu bagi semak belukar dan kadal juga kita. Di arsip catatan mengeras. Setiap suku kata yang tidak memiliki urgensi, buku-buku tentang subjek tersebut menempati baris melingkar Bumi. Kita membayangkan setiap mimpi menjadi jilid tersendiri. Berisi antara yang diinginkan dan yang dilarang. Kompendium kekejaman endemik mantara proyektil yang menghantam kaca dan kerucut perkusi. Berlian kecil ketakutan...
(6)
Laporan kecelakaan berjalan bersamaan dengan siklon yang berputar-putar. Jendela arsip menyala secara acak di dua puluh tujuh lantai perpustakaan Medan Merdeka. Spiral cahaya manusia yang dikotak-kotakkan dan diberi nomor. Rumus di tempat kerja. Yang berurutan tanggapan kita di balik dinding tertutup. Pengamat yang tersesat berkeliaran tanpa menyadari untuk mengumpulkan bukti palsu koleksi foto teleskopik yang boros indeks sebagai panduan menelusuri berkas-berkas yang diurutkan dan dirujuk silang. Survei botani kisi-kisi gigi yang diarsipkan di bawah sukacita. Senyum lumpuhkan kita. Rak-rak yang runtuh lumpuhkan kita. Huruhara di dekat bilah kipas yang batuk debu. Udara malam dipenuhi penyakit tropika menular dengan...
(7)
Dan atau atau. Beberapa hubungan objek untuk keteraturan. Sisir yang memisahkan untaian menjadi baris-baris elegan. Jalinan yang dilapisi meruncing menjadi bisikan. Tulang rusuk mesin jam. Dan atau atau. Lebih dari untaian manik-manik sempoa untuk menghitungdetak persamaan menjadi konkret. Manik-manik yang dihubungkan seperti tulang belakang aatau rantai atau kaki seribu atau biji pinus. Sendok-sendok yang terletak di dalam laci sebagai model efisiensi. Dan atau atau. Foto-foto mikro arsip dan beberapa penafsiran. Dinding arsip yang menjepit matriks-matriks yang tersusun dalam kolom-kolom dan baris-baris yang runtuh. Referensi silang. Dan atau atau. Kisi-kisi struktural gedung pencakar langit menyeringai di blok-blok kota. Sarang lebah di pepohonan langka cabang-cabang yang terbelah dan tak terpecah. Gerak alir dari arteri? Vena? Kapiler? Dan atau atau. Pertimbangkan kawanan dan perilaku penghuni sarang. Konser yang riuh atau formasi jet tempur atau kawanan angsa yang secara sinergis membelah udara. Dan atau atau. Gugusan dari atom ke galaksi terujung. Dan atau atau...
(8)
Atau apa? Serangkaian pertanyaan terurai dari kita - para penyelidik - mengira jawaban sudah jelas. Bahwa jendela berwarna hanya memungkinkan refleksi kita untuk menciptakan celah antara kita dan atau atau tempat. Kita seharusnya melihat lebih dulu sebelum berpaling. Sebelum kebutaan senja yang melekat dalam pencarian kita. Atau fakta bahwa giliran kita untuk menanggapi...dan atau atau menerjemahkan. Kita tidak sendirian. Pencatat catatan mempertahankan gambaran mereka sendiri. Bagaimana. Kapan. Apa. Studi anatomi diri sendiri. Garis waktu berputar-putar di sudut-sudut sunyi. Kita harus menambahkan baris ini ke cerita mereka. Pada suatu ketika zaman dahulu kala. Kita harus mengubah tatanan yang dulunya tidak dapat diganggu gugat...
(9)
Kita harus menambahkan kelembapan yang menyelimuti tempat ini. Residu apek dari koleksi kognisi. Debu yang tidak dapat kita endapkan. Volume-volume aubade tentatif kita. Catatan fluktuasi denyut nadi dan bekas gigitan penyebab luka. Setiap pintu ditandai dengan sandi atau sekadar centang belaka. Kita ingin kembali ke jendela tempat kita mulai, tapi konflik mencegah penyintas untuk selamat di sana. Korespondensi hilang. Nafsu terakumulasi cepat dalam ritual bergaya Dan mereka hidup dalam ruang peta paling kumuh kusut yang paling sulit ditemukan. Untuk masuk kita harus menandatangani rangkap tiga kali lipat. Dan setiap versi hampir tidak menyerupai yang terakhir sebelumnya.
Cikarang, 8 September 2024
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI