Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Awal Mula Daratan

8 September 2024   11:11 Diperbarui: 8 September 2024   11:17 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Winter has gone. Zaman es telah surut. 

Daratan bangkit kembali, lebih tinggi dan lebih baik dari sebelumnya. Bersama kru kami yang terdiri dari para pemotong leher dan kartografer, kami berangkat untuk menjelajahi benua.

Ketika kami turun dari kapal, kami langsung menuju supermarket terdekat untuk memeriksa riasan dan rambut kami.

Para asisten membungkuk dan berjabat tangan, bulu-bulu mereka berkibar. Barang-barang di rak menunggu kami dengan tenang. Kami akan membutuhkannya saat kami bergerak melintasi pedesaan, membangun Jalur Ulat Sutra, Lintas Cepat Timur, Tol Antarkota.

Para asisten bergerak di sekitar kami, menidurkan kami dengan nyanyian mereka. Kami membangun kondominium di hutan penuh waralaba. Berbagai orang berangkat dengan kendaraan listrik mereka, menghilang dari pandangan saat mereka memasuki cekungan dangkal, kadang terlihat - meskipun singkat - saat mereka merangkak naik dan melewati pegunungan.

Kami menemukan banyak sumber daya yang dekat dengan sistem sungai yang dapat dilayari yang umumnya mengalir dari tengah ke selatan. Kawanan hewan besar berkeliaran di daratan: sapi limosin, orang utan, bekantan, bankir investasi, politisi, dan pengacara selebriti. Semuanya tewas berhadapan dengan senjata kami.

Di atas batu ini, di atas bukit ini, di atas dataran tinggi ini, aku akan membangun kuil pemujaanku.

Begitu banyak yang harus dirayakan.

Kami kembali ke kapal kami pada malam hari, dan di pagi hari, memuji Tuhan atas keselamatan kami. Para asisten kami, yang tidak terbiasa dengan cara kami, mengawasi dari tepi hutan. Di pagi hari, ketika kami memanggil mereka, kami mendapati bahwa mereka telah pergi meninggalkan kami.

Di tahun-tahun berikutnya, kami akan menemukan jejak mereka: anak panah dan pentungan yang dibuang, api unggun, tulang-tulang, yang selalu menunjuk ke ibu kota baru.

Cikarang, 8 September 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun