Kalau bisa, pikir Syaukhan, aku akan merancang kehidupan yang sama sekali berbeda untuk diriku sendiri.
Pertama, dia akan mengubah sikap orang tuanya, membuat mereka lebih seperti keluarga Dahlan tetangga sebelah.
Ibu selalu melontarkan komentar sinis tentang anak-anak Pakde Dahlan -- tidak punya sopan santun, tidak punya rasa hormat, tidak punya sepatu. Namun, Syaukhan kabur ke sana kapan pun ia bisa. Ia menyukai sikap acuh tak acuh yang ditunjukkan Bude Dahlan saat menaruh makanan di atas meja dan berkata, "Ayo, ambil!" Di sana, dia tidak perlu menunggu bapaknya selesai menyendok nasi dan lauk.
Selanjutnya, dia akan mengubah namanya menjadi sesuatu yang tidak terlalu kampungan dan lebih mudah dieja daripada Syaukhan. Siapa yang mau diberi nama seperti nelayan penangkap ikan? Dia akan meniru Bobby Dahlan. Bobby yang berusia delapan belas tahun, yang tertawa dan bercanda, datang untuk membantu memandikan kambing-kambing, tetapi dari cara Bapak berbicara kepadanya, sungguh mengherankan Bobby tidak menyuruhnya untuk memnadikan kambing-kambingnya sendiri. Sebaliknya, ia menatap mata Bapak dan berkata, "Beres, Bos."
Lalu ketika Bapak berpaling, Bobby memberi hormat secara berlebihan di belakangnya dan mengedipkan mata pada Syaukhan.
Tahun depan Syaukhan akan berusia enam belas tahun. Dia akan tamat SMP, bekerja di kebun menanam palawija, lalu menikah dengan salah satu gadis sepupunya yang menyeramkan.
Setidaknya, itulah yang dikatakan Bapak.
Tetapi Syaukhan punya rencana lain.
Tahun depan, dia akan menatap mata lelaki tua itu dan mengatakan bahwa dia akan pergi ke kota.
Tahun depan, dia akan melakukannya, karena dia bisa.
Cikarang, 8 September 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H