Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Efek Casimir

7 September 2024   21:22 Diperbarui: 8 September 2024   06:46 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Setiap Jumat kedua, Nirwan pergi ke rumah Ayah dan Tante Mila. Nirwan selalu berharap Ayah yang akan membukakan pintu saat Nirwan mengetuk, tetapi selalu bukan Ayah. Selalu Tante Mila yang membukakan pintu untuknya.

"Ayahmu akan segera pulang sebelum waktu yang ditentukan," kata Tante Mila.

'Waktu yang ditentukan' adalah yang terbaik.

Nirwan berbaring di tempat tidur di samping boneka beruang dan kelincinya dengan lampu tidur menyala. Ayah duduk di ujung tempat tidur dan menceritakan semua tentang pekerjaannya kepada Nirwan.

"Kamu ingat bulan lalu Ayah cerita bahwa cermin yang bergerak dengan kecepatan relativistik - yang sangat, sangat cepat - akan mulai menghasilkan foton nyata dari pasangan partikel-maya virtual yang terus-menerus diproduksi oleh fluktuasi kuantum dalam ruangwaktu?" tanya Ayah.

Nirwan mengangguk.

"Dan kami menyebutnya Efek Casimir Dinamis?"

"Ya, Ayah," kata Nirwan.

"Masalahnya, kita tidak tahu cara menggerakkan cermin secepat itu. Tetapi tim Dewayatna menemukan cara untuk meniru cermin yang bergerak secara elektronik dan menghasilkan cahaya, dan sekarang kami mencoba mereproduksi hasil mereka. Keren sekali, ya?"

"Aku sayang Ayah," kata Nirwan.

Pada hari Sabtu, Ayah harus pergi bekerja. Ayah punya cermin cukur, dan Nirwan menemukannya lalu membawanya ke lorong.

Nirwan mulai berlari.

Mila sedang memeriksa hasil ujian para mahasiswanya ketika dia mendengar suara gaduh di lorong. "Nirwan!" panggilnya.

Tidak ada jawaban.

Sambil mendesah, Mila bangkit dan membuka pintu lorong. Dia terkesiap, memejamkan mata.

Ruang keluarga dipenuhi cahaya, dan di tengahnya, Nirwan yang berlari kencang bersinar terang mengalahkan matahari.

Cikarang, 20 September 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun