Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

CMP 154: Catatan Pinggir

14 Juli 2024   09:39 Diperbarui: 14 Juli 2024   09:40 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Paul suka memberikan catatan tentang pendapatnya mengenai berbagai subyek. Pensil, ransel, tanaman hias, dan sebagainya. Tidak ada yang membaca pendapatnya kecuali orang-orang yang menugaskan orang-orang di mana dia bekerja.

Bilik kerjanya berada di lantai 12 sebuah gedung pencakar langit besar berwarna abu-abu di tengah kota yang terlihat seperti jari tengah mengacung bagi gedung-gedung kaca di sekitarnya, namun dia hanya perlu masuk pada hari Senin, Rabu, dan Jumat.

Malam hari, Paul bermimpi tentang kertas gambar papan bristol ukuran A4 warna biru langit dengan gambar awan berbentuk hamster di sana-sini. Dia melayang di atas papan sambil memegang kuas cat besar yang tingginya hampir sama dengan tubuhnya. Dalam satu tarikan kuas, dia membuat lereng bukit hijau tua dengan sungai kecil yang mengalir di di tengahnya. Paul meniup kertas gambar papan bristol dengan lembut, dan setiap bilahnya menari-nari ditiup angin sejuk.

Pemandangan yang sempurna, kalau ada yang bertanya padanya.

Paul tidak selalu menulis opini. Ketika dia berumur tiga belas tahun, dia menemukan buku catatan storyboard dijilid spiral di tempat sampah dapur. Paul menggambar komik pahlawan super bernama Manusia Sinar-X, yang memiliki kekuatan super tembus pandang tapi gaampang diperdaya penjahat dan cenderung naksir musuh-musuhnya.

Kertas storyboard terlalu tebal untuk dilipat atau dorobek tangan, jadi orang yang ingin merusaknya memilih merendamnya ke dalam minuman bersoda.

Ketika Paul bertanya kepada ayahnya tentang hal itu, jawab ayahnya, "Kalau kamu punya waktu luang, main sepak bola sana dengan kawan-kawanmu."

Paul mengambilkan kopi untuk seluruh timnya pada hari Senin. Dia biasa membelikan bosnya caramel latte ice tanpa kafein, lalu dia berhenti karena Paula juga memesan caramel latte ice dan dia tidak ingin Paula salah ambil dengan yang tanpa kafein.

Paula juga menulis opini, tetapi tentang hal-hal di atas gajinya seperti makan siang gratis di sekolah umum dan maskulinitas di tempat kerja yang toksik.

Ketika dia bergabung dengan tim Paul, dia mulai mencetak opininya dan meminta Paul untuk mengoreksinya. Paaul akan meninggalkan catatan di pinggir seperti "pindahkan noun ke sini" atau "ganti adjective di kalimat ini."

Kadang-kadang dia menggambar doodle kecil jika menyukai pendapatnya, Seekor beruang madu di Op-Ed tentang kebakaran hutan yang sering terjadi atau gambar troli di kolom tentang infrastruktur yang mangkrak, tetapi dia tidak punya kalimat lain untuk ditambahkan.

Setiap hari Rabu mereka melakukan pertukaran artikel apa pun yang mereka kerjakan minggu itu. Rekan penulis dan kredit penulisan adalah urusan serius di kantor, jadi pertukarannya harus dirahasiakan. Paula memberi Paul "Pro dan Kontra Pajak Kekayaan" dan dia akan memberinya "Manfaat Mengoleksi Batu Mulia pada tahun 2024."

Suatu hari, Paul menulis catatan di pinggir artikelnya, menanyakan apakah Paula berdesia makan malam bersama sepulang bekerja. Sore itu, dia mendapat email dari Paula yang mengatakan bahwa dia sudah punya rencana dengan temannya malam itu. Paula ingin sekali mengunjungi restoran India yang baru dibuka di dekat kantor hari Jumat itu, dan dia boleh ikut bergabung. Paul menjawab bahwa kedengarannya bagus, dan dia tidak sabar menunggu.

Pada hari Jumat, Paula mengenakan gaun merah dengan bintik-bintik putih. Potongan kerah V rendah, makanya dia mengenakan sweter abu-abu untuk menutup belahan dadanya. Hal itu membuat Paul senang mengetahui bahwa Paula berdandan untuknya, seolah ada sisi lain dari dirinya yang hanya bisa dia temui. Polkadot mengingatkannya pada teknik arsir yang digunakan dalam komik favoritnya semasa kecil.

Saat makan siang, Paul mengambil kartu nama dari toko pojok - dengan sangat cepat, sehingga tidak ada yang bisa melihatnya. Dia membungkuk di atas mejanya dan menggambar komik empat panel di kartu tentang tokoh protagonis yang sedang dia kerjakan. Garis-garisnya tidak jelas dan tangannya gemetar. Kaktus, ular kobra, pahlawan, ciuman.

Setelah selesai, dia melipat kartu itu dan menjejalkannya ke dalam saku jaketnya.

Paul tidak menyangka bahwa restoran itu bernoansa romantis dengan lilin menyala di atas meja, dan Paula bilang dia juga tidak tahu. Mereka tertawa tentang seperti apa dulu mereka diwawancarai, bagaimana Samsul di bagian keuangan akun selalu kehabisan napas karena mengangkat kardus berisi dokumen laporan, dan apakah terlalu lancang untuk memberi tahu HR tentang pertemuan mereka.

Paul dan Manggie sepakat bahwa HR hanya perlu tahu kalau ada ciuman yang terlibat. Dan ciuman yang lama, bukan sekadar cipika cipiki basa basi.

Mereka sedang membagi gulab jamun ketika pelayan meninggalkan tagihan di atas meja. Saat itulah Paula mengatakan bahwa dia tidak ingin berada di media online selamanya dan perasaannya campur aduk tentang perusahaan induk mereka. Dia bercerita tentang naskahnya dan untuk apa dia kuliah dan bagaimana salah satu karyanya pernah dinominasikan untuk sebuah penghargaan.

Dia bertanya apakah Paul ingin membacanya kapan-kapan.

Paul memikirkan tentang kertas gambar papan bristolnya dan apakah ada sisi lain dari dirinya yang tersisa untuk dilihat Paula. Kartu dengan empat panel komik di atasnya dalam saku jasnya terasa menekan dadanya, dan dia bertanya-tanya apakah Paula akan menyukai pria yang menulis catatan kecil yang mungkin tidak penting di pinggir cerita orang lain.

Paul merogoh sakunya dan mengeluarkan dompetnya.

"Hanya kalau kamu setuju," katanya, dan dia menaruh kartu kreditnya di atas namapan kecil berisi bill.

Cikarang, 14 Juli 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun