Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Minum Aku

18 Mei 2024   14:03 Diperbarui: 18 Mei 2024   14:13 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sekeliling botol itu ada sebuah label catatan.

Minumlah aku, katanya.

Sama seperti Alice, kecuali cairan oranye pupus itu tidak akan mengecilkannya. Tidak akan membuatnya lebih besar. Tidak akan membunuhnya. Tidak akan membuatnya tertidur. Tidak akan membuatnya berhalusinasi.

Dia bisa mendapatkan ramuan dan racun yang bisa melakukan hal itu. Yang perlu dia lakukan hanyalah menelepon Trawang dan memintanya untuk menggunakan sentuhan ajaibnya di laboratorium.

Dia melepaskan sumbat dari botolnya. Terlalu rumit untuk sesuatu yang diproduksi oleh perusahaan farmasi. Meski hanya terbuat dari aluminium, tetapi konon mereka telah membayar seseorang untuk mengukir logonya dengan tangan. Dengan peralatan yang sudah ketinggalan zaman.

Dia sangat meragukan hal itu. Lebih masuk akal bahwa itu adalah hasil karya robot android, dan jika Anda bertanya padanya, dia akan berpendapat bahwa robot android bukanlah manusia.

Jika dia melakukan pemeriksaan lebih dekat, dia akan menyadari bahwa kurva dan spiral terdiri dari huruf-huruf kecil. Lingkaran tanpa akhir yang bertuliskan 'Jangan lupakan aku'.

Saat dia mengangkat botol ke mulutnya dia bertanya-tanya apakah dia bisa mengingat kisah Alice, gadis yang menghilang ke Negeri Ajaib melalui lubang kelinci, tapi dia pikir dia tidak akan bisa mengingatnya.

Dia akan memiliki identitas baru di sampingnya, di tempat tidur hotel melati yang keras dan sebuah surat yang memberitahukan siapa dia nantinya. Dia tidak akan mengingat dirinya sendiri. Dia tidak akan mengingat Trawang. Dia tidak akan mengingat wajah perempuan yang membesarkannya, pendapatnya tentang robot android, atau nama cinta pertamanya.

Dia tidak akan mengingat momen ini atau momen apa pun sebelumnya, setelah dia meminum cairan oranye pupus.

Saat dia menyesapnya, pikiran terakhirnya adalah bahwa saat cairan itu pertama menyentuh lidah barunya, terasa seperti udang rebus. Rasanya aneh, tidak seperti rasa jeruk. 

Dia sebenarnya mengharapkan rasanya seperti sop buah atau jus sayuran hijau.

Cikarang, 18 Mei 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun