Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sayap Hitam Kelelawar

9 April 2024   22:12 Diperbarui: 9 April 2024   22:13 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(1)

Bintang purba melemparkan quark ke Bumi dan menghancurkan gerbang depan menelan kaca jendela. Angin ikut masuk membakar semua yang ada dalam rumah. Orang-orang tidur di lantai bangun berdiri tak bisa berkata-kata, mengenakan celana panjang dan topi villa tidur.

(2)

Di atas atap gerombolan kelelawar menukik terjun ke bawah. Namun sarangnya terbakar cahaya dan tak ada yang membuka saluran percakapan sejak badai berlalu. Siapa yang mendengar kata-kata kacau balau dalam kode morse cepat? Meskipun mustahil cahaya melepas pakaian dari laci setinggi dada di lemari hingga saluran mesin cuci langsung keluar dari tubuh. Lalu angin bertiup kencang bagaikan lautan yang berhamburan ke pantai dan api yang berangin bertahan selama menit panjang tak merambah ataupun surut. Orang-orang melangkah satu-satu melalui jendela  rumah yang terbuka ke jalan. Ddi mata satu orang seekor kuda terbalik, terbakar. Seekor anjing muncul merayap pergi.

(3)

Terdengar letusan parau tembakan, sepeda motor tergagap, seorang wanita mengendarainya, rambutnya dipotong pendek di sekeliling wajahnya. Tak punya mata, tapi mulutnya penuh dengan kata-kata hitam kecil yang tertempel di tempat mata seharusnya berada. Mengapa angin menanyakan pertanyaan tersulit? Apakah es mencair kembali ke laut atau apakah pembekuan terus berlanjut hingga ke dasar palung berpasir?

(4)

Waktu berlalu sebelum pria kedua mencabut setitik karbon pensil dari matanya dan mencicipinya sehingga kuat menantang cahaya yang tersisa dari api rumah, kaca yang hilang, lautan yang membeku, dan wanita sepeda motor dengan kata-kata untuk visi misi. Bulan mengangkat kelelawar dari atap seolah menariknya dengan benang pancing. Kalau kamu mendengar cicit kelelawar di rumahmu, kamu ... kamu masih punya rumah.

Cikarang, 9 April 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun