Mimpi:
biasa saja, tentang puisi yang heboh di keramaian manusia, makan dan minum, sore hari, karpet persia bau apek terendam banjir kemarin. Pulau lumpur di dapur, jendela besar di kiri menghadap tanggul kota yang jebol. Meja prasmanan luar biasa.
Emosi:
kekhawatiran akan status terkini, perselisihan estetika dan etika, kegembiraan pura-pura dan persahabatan sejati.
Interupsi:
suara keras yang terus-menerus terdengar dari kuadran gamma langit. Kami berlari ke jendela dan melihat benda terbang melayang di udara dengan sangat cepat melintasi kanan ke kiri secara diagonal menjauh. Dentuman sonik menyelingi suara gemuruh dan disusul serangkaian dentuman lainnya, seolah-olah benda itu berjoget, mungkin karena dentuman sonik merupakan perspektif. Jika benda itu berlanjut ke arah yang sama, kita hanya akan mendengar satu dentuman sonik. Raungannya semakin keras lagi dan banyak di antara kami yang terhempas ke lantai---memang nyata begitu---
...tapi di mana anakku? Dia pasti sangat ketakutan dan yang terjadi berlangsung sangat cepat sehingga aku tidak bisa melintasi ruangan, apalagi menemukannya.
kembali berdiri untuk mencari, lebih banyak ledakan bagai hujan bom. Tanda kutip menyala di tengah ruangan, disertai sinyal digital tinggi mengiris telinga. Kami diserang.
akankah langit runtuh? Â Jentik jemari Thanos merusak struktur lempeng kerak bumi.
Cikarang, 9 Januari 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H