Hewan itu memiliki sayap dan antena. Namun ternyata ia juga memiliki lengan dan kaki. Dia dengan hati-hati mengambilnya, menggendongnya seperti bayi burung.
"Kamu terluka?" Dia berbisik pada sosok yang lemas itu.
Ngengat bulan bergerak di jari-jarinya. Telinganya mirip telinga tikus dengan sayap kupu-kupu. Dia memperhatikan, diam. Makhluk kecil itu cegukan. Ia mendorong dirinya ke atas sambil terkikik.
"Wah, serbuk sari itu ampuh!"
Ellen terkekeh. Ngengat peri mendongak dengan waspada.
"Aduh!" Ellen menjerit dan meledak menjadi hujan kunang-kunang.
Ellen melihat ke seberang halaman. Tumbuhan dan bunga liar yang dimanjakannya sepanjang musim kemarau penuh dengan bunga. Dan kunang-kunang adalah yang paling banyak bersinar di antara mereka. Dia melihat ke tangannya yang kosong. Telapak tangannya berkilau dengan serbuk cahaya.
Ellen kembali ke beranda dan menikmati secangkir teh, duduk untuk menikmati keajaiban tamannya di bawah sinar rembulan.
.
Cikarang, 24 Desember 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H