Garis pantai Lhoknga berubah. Tentu saja, setelah tsunami, apa yang masih bertahan?
Mengingatkanku pada Tika. Kartika.
Dulu, aku dan Tika duduk di bawah cemara laut. Tak peduli teman-teman lain yang berenang menyapu buih ombak. Kami menikmati air kelapa muda. Satu biji dua sedotan.
Setamat SMA, aku ke Yogya, dan kehilangan jejak Tika. Ada yang bilang dia ke Amerika. Entahlah. Dulu komunikasi sulit. Telepon masih diengkol minta disambungkan operator.
Puluhan tahun, aku baru mudik.
Puluhan tahun, karena tak ada lagi yang harus kutemui. Pulang untuk mengurus sepetak lahan  warisan. Menyusuri garis batas gelombang di pasir, mengenang Tika.
Seorang wanita sedang duduk di sana, di bawah pohon cemara laut.
Tika.
"Aku tidak percaya itu kamu, kamu masih kelihatan sama seperti dulu."
"Aku ... berapa puluh tahun, Fik?"
"Kenapa? Kamu selamanya muda di mataku."
"Gombal!"
Aku memanggil penjual kepala muda.
"Kepala muda satu, sedotan dua."
Cikarang, 14 Oktober 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H