Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pada Suatu Hari

6 Agustus 2023   22:31 Diperbarui: 6 Agustus 2023   22:35 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Katak itu nongkrong di atas daun teratai di kolam pekarangan. Suaranya mengorek serak untuk memikat katak betina. Sinta memandangnya dengan penuh simpati.

Sinar matahari musim semi yang hangat menghanyutkan pikiran. Dengan satu lenguhan pendek, katak itu terjun ke dalam air. Sekarang Sinta sendirian.

Dia sudah lupa bagaimana rasanya berkencan. Atau apakah dia pernah berkencan. Atau apakah dia tahu apa yang harus dilakukan saat berkencan.

Kencan. Apakah orang masih menyebutkan kata iyu?

Ponselnya bergetar di dalam saku celana jinsnya. Sensasi geli yang menyenangkan, tapi dia memutuskan sebaiknya menjawab.

'Hai, Jo. Ya, tidak apa-apa. Tidak, tidak sibuk. Ada apa?'

Selama setengah jam berikutnya dia mendengarkan adik perempuannya mengoceh tentang kencan romantis terbarunya.

Akhirnya dia menyela, 'Tidak, kamu benar. Benar-benar tepat. Kamu tidak pantas membuang-buang waktu untuk dia. Kamu lebih pantas mendapatkan yang lebih baik dari dia."

Sinta mengakhiri panggilan. Jika hidup Jojo adalah sesuatu yang harus dia alami, mungkin dia memilih untuk hidup sendirian sampai akhir dunia. Dia tidak punya tenaga untuk itu.

Sinta duduk di rerumputan. Cowok itu muncul dari balik tikungan,

'Hai, saya mencari Jojo. Apakah ini rumahnya?'

T-shirt-nya jelas menyusut saat dicuci, tapi justru tidak membuatnya jadi jelek. Body yang bagus.

"Aku punya adik bernama Jojo. Tapi dia sudah tidak tinggal di sini. Dia sudah pindah sebulan yang lalu."

'Oh, maaf mengganggumu. Dia memberi saya alamatnya di pesta ulang tahun keponakan. Saya kehilangannya lalu menemukannya kemarin di dalam pakaian badut Kermit saya. Tolong, jangan tanya kenapa," katanya.

"Karena sudah terkanjur ada di sini, apakah kamu mau aku buatkan kopi?"

"Tentu. Terima kasih."

Katak itu muncul kembali.

"Wow," kata si cowok. "Sudah jarang ada."

"Apa yang jarang?"

"Kodok lembu."

"Itu katak."

"Ngomong-ngomong, saya seorang pangeran."

"Kalau begitu, aku seorang putri."

Tangsel, 6 Agustus 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun