Kami duduk di bawah pohon kecapi. Dia dan aku. Masih ada satu jam lagi sebelum acara pembacaan puisi.
"Kebanyakan penyair", kataku, "membaca puisi mereka dengan melihat catatan. Tapi kamu membaca sepenuhnya dari ingatan."
Dia dengan penuh perhatian mendengarkan suara angin yang dihembuskan dari luar medan berbukit nan jauh.
"Aku merajut untaian kata di kepalaku dulu", katanya. "Meletakkan kata-kata di atas kertas nanti, hanya ketika momen bola lampu bermetamorfosis menjadi sebuah ilustrasi. Kemudian aku menggantungnya di galeri dalam khayalku. Melihat sekilas gambar di dalamnya, dan kata-kata mulai berhamburan keluar."
Serpong Utara, 7 Juli 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H