Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penyayang Burung

26 Juni 2023   23:20 Diperbarui: 26 Juni 2023   23:44 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika si pria pertama kali melihat si wanita, si wanita sedang mengubur seekor burung pleci. "Mati karena kedinginan," katanya pada pria, sambil menepuk-nepuk tanah. "Burung pleci tidak bisa menyimpan lemak. Lemak membebani mereka."

Terpesona oleh si wanita, pria menawarkan secangkir kopi panas. Dan ketika wanita membalasnya dengan tawaran bersebadan,  si pria tersesat.

Daya tarik si wanita sangat mirip burung: tulang kecil rapuh, gerakan cepat, mata bulat cerah, wajah kecil tirus.

Setahun kemudian, si wanita membunuhnya.

"Saya telah bertemu orang lain, saya pergi sekarang, sampai jumpa."

Berbaring di lantai kamar mandi, darah si pria mengalir keluar dari jantung mamalianya yang hangat. Dia ingin sekali membuang lapisan lemaknya dan terbang mengejar si wanita, mencabik-cabiknya dengan cakarnya.

Bandung, 26 Juni 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun