Selain ingin menjadi bos, aku ingin sandal merah rubi. Maksudku, apakah terlalu banyak permintaan serbaneka pernak-pernik warna-warni Technicolor dalam kehidupanku yang kelabu?
Tapi Dotty, dia yang membawa warna kaleidoskopik ke semua yang disentuhnya, punya sandal sialan itu. Selain itu dia adalah kakakku.
Ketidakadilan sangat menyakitkan. Aku: adik perempuan buruk rupa. Dotty: menari dan berjingkrak di sepanjang jalan bata kuning dengan alas kaki yang mempesona.
***
Aku membuat sandalku sendiri dengan menggunakan blink-blink merah, lem, ludah, dan api dendam. Setelah bekerja di pagi hari, aku memakainya dan mematut diri di cermin.
Aku cantik, kok.
Debu-debu beterbangan di belakangku saat aku berpusing-pusing keliling kota. Aku mengepalkan tinju ke langit biru cerah dan luar biasa di dunia sampai ...
Aku berhenti. Mulutku menganga saat melihat ke atas sana.
Pelangi.
Pelangi memenuhi langit dengan warna cat minyak. Aku menelan ludah yang pahit bagai empedu. Pikiranku memuntahkan bayangan Dotty yang melompat-lompat dengan anjing compang-camping, singa lusuh penkut, manusia kaleng, dan Penyihir Api Mimpi.
Aku mencampakkan sandalku jauh-jauh dan pulang ke rumah, meleleh dalam kesengsaraan. Berharap pelangi berwarna hitam dan putih.
Ini bukan tentang sandal.
Cikarang, 4 Juni 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H