Aku tidak tahan dengan kelakuan para peri kecil aneh ini! Masih kobolehkan mereka berada di dapur, kamar tidur, atau ruang tamu. Tapi tidak di kamar mandi. Bagaimanapun juga mereka perempuan, dan sebagai laki-laki aku butuh privasi.
Tapi yang satu ini terlalu berlebihan. Aku pulang Jumat malam dengan tubuh lelah, membuat secangkir cokelat panas untuk diriku sendiri, membaca pesan di ponsel, dan ... itu dia. Dan topi itu! Dari mana dia mendapatkan topi konyol itu?
"Keluar!" kataku, "Sebelum aku menemukan pemukul lalatku!"
"Kalau kamu memukulku," katanya bandel, "aku akan pipis di cairan kakao-mu.".
"Ini bukan kakao. Ini cokelat panas."
"Kalau begitu aku akan pipis di cokelat panasmu."
"Terserah."
"Apa maksudmu, 'terserah'?" tanyanya.
Aku mengulurkan tangan dan mengambil biskuit cracker.
"Di mana kamu mendapatkan topi itu?" tanyaku.
"Aku merajutnya sendiri. Aku membuat sendiri semua barangku."
"Di mana pakaianmu?"
"Di balik cangkir. Berbaliklah dan aku akan berpakaian."
"Pertama, kamu mandi dengan cokelat panasku. Kemudian kamu mengancam akan buang air kecil di dalamnya. Sekarang kamu mengatur apa yang harus aku lakukan di dapurku sendiri!"
"Balik badan. Aku akan berpakaian dan menjadi seukuran manusia."
"Kamu bisa berubah menjadi manusia?" tanyaku.
"Tentu," katanya. "Balik badan!"
Aku dengan patuh berbalik dan dengan keras bersiul lagu "Bidadari" Andre Hehanusa.
"Sudah boleh berbalik," katanya.
Dia berdiri di sana, seukuran manusia, tingginya sekitar 150 cm, mengenakan onesie.
"Kamu tampak cantik," kataku. "Kamu mau minum cokelat panas?"
"Tentu, katanya. "Tapi tunggu. Aku kebelet pipis."
Cikarang, 28 Mei 2023