Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Terdampar di Perut Bumi - Buku Satu: Panik! (Part 1)

15 Mei 2023   07:15 Diperbarui: 15 Mei 2023   07:36 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suara raungan memudar ke dalam hutan. Tiwi menurunkan bahunya dan menghela nafas lega. Suara-suara apa yang menakutkan itu?

Menghela napas lega, dia hanya bisa berharap raungan itu memang suara dua suku kera sedang memperebutkan wilayah kekuasaan. Tidak ada lagi yang lebih masuk akal dari itu. Dia membuang pikiran tentang itu dan fokus pada ombak yang menerpa pergelangan kakinya. Menggerak-gerakkan jari-jari kaki di pasir yang berkilauan, menikmati belaian lembut di kulit, tapi raungan itu terus mengganggunya.

Zaki duduk di atas sepotong besar kayu apung putih yang terpilin. Rambut cokelatnya yang berantakan tertiup angin. Tiwi menangkap tatapan matanya yang tertuju padanya dan tersenyum. Zaki membuang muka. Wajahnya merona merah menjalar sampai ke leher. Ada apa ini? Apakah Zaki punya perasaan padanya? Tiwi jadi curiga kalau Zaki juga naksir dia, seperti Tiwi naksir Miko.

Suara Miko tiba-tiba menembus pikirannya. "Wi, Tiwi."

"Ya?" jawabnya.

"Gue perlu santai bentar." 

Menyeka keringat dari alisnya, Miko menyipitkan mata ke matahari di cakrawala, suara raungan sebelumnya sepertinya terlupakan. Miko melepaskan kemejanya dan berlari ke ombak, menciduk segenggam air dan menuangkannya ke atas kepalanya. Tetesan berkilau mengalir di wajahnya seperti permata multiwarna.

Benar-benar layak jadi bintang idola! Tidak heran kerumunan gadis-gadis yang melolong berbondong-bondong di setiap kompetisi yang dia ikuti. Tidak heran MTV mencapnya sebagai idola remaja yang bonafid dan mengontraknya untuk acara reality show, Surf's Up. Mau tak mau Tiwi memanjakan matanya menatap dada Miko yang bidang dan perut sixpack-nya. Body yang atletis itu telah berhasil menjual lebih banyak busana dan merchandise selancar daripada bintang selancar lainnya.

Tiwi mulai berpikir, mungkin tidak terlalu buruk terdampar di sebuah pulau selama beberapa hari dengan dua cowok imut, kalau saja dia bisa menghapus laba-laba dari naskah skenario. Mungkin dia bahkan bisa membuat Miko berpaling ke hatinya. Ya benar. Apa yang harus dia lakukan? Berteriak, "Yo, Mik, sini! Kamu buta, ya? Aku jatuh cinta sama kamu? Iya, kamu! Yuk nonton sunset berdua, cium tempel dikit, dan minum jus kelapa."

Gila. Pantas saja aku tidak punya pacar. Baiklah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun